Resensi Buku; Novel Grafis Hanyut 1

Resensi Buku; Novel Grafis
Judul : Hanyut 1
Penulis : Yoshiro Tatsumi
Cerita Tentang Ketekunan Berproses
Dalam menuju sesuatu yang diharapkan, seseorang harus melalui proses dalam pelaksanaanya. Ini tidak akan terlepas dari peran pikiran, waktu dan juga dana yang digunakan. Kedislipinan juga akan sangat berpengaruh dalam proses menuju harapan. Saat proses berlangsung terkadang datang sifat malas ataupun pesimis yang menghinggapi diri kita. Apalagi jika sesuatu yang kita kerjakan belum tentu membuahkan hasil, pasti akan sangat berpengaruh sekali. Semisal kegiatan menulis atau menggambar yang dimaksudkan untuk dikirim ke sebuah harian maupun penerbitan.

Tentunya ini akan menjadi sebuah perdebatan batin, Karena hasil belum tentu bisa di nikmati. Namun bagi yang percaya bahwa proses adalah sesuatu hal yang wajib dilakukan sebelum menuju keberhasilan, maka dengan ikhlas tubuhnya melakoni proses dengan segala daya yang ada. Optimisme selalu nampak dalam keseharian walaupun hasil tulisan maupun gambar selalu menampakkan hasil yang kurang memuaskan.

Mencoba kembali dan selalu mengevaluasi adalah wujud dari ikhtiar sebuah proses menuju keberhasilan. Namun tidak semua orang bisa melaksanakan hal tersebut. Kondisi ini akan membedakan antara orang yang bersungguh-sungguh atau orang yang hanya bermain-main belaka. Orang yang tidak bersungguh-sungguh jika mengalami kesulitan maka ia akan cepat putus asa dan berhenti. Dan bagi mereka yang bersungguh-sungguh mengerjakan proses tersebut, maka dalam keadaan suka maupun duka ia akan selalu punya rasa optimis yang tinggi karena keberhasilan telah di depan mata. Jikalau usaha itu gagal, maka ia tidak akan putus asa dan akan mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi.

Setidaknya itulah yang tergambar dalam sebuah novel Grafis berjudul “Hanyut” dari Jepang ini.  Novel bergambar yang benar-benar bisa memberi gambaran kepada kita tentang sebuah proses usaha dalam menjalani berbagai masalah yang menerpa. Bukan hanya sekedar cerita narasi, namun kecanggihan yang dihadirkan penulis ialah menyelaraskannnya dengan sejarah dan kejadian yang dialami tokoh cerita terhadap peristiwa yang terjadi di negaranya. Seakan menjadi cerita sejarah semacam memoar tersendiri.  Akan banyak kejadian-kejadian yang dihadirkan dalam novel grafis ini, semisal pada halaman 25, “Tahun 1949 adalah masa transisi setelah perang.

Pada bulan januari, gedung utama kuil Horyu yang merupakan bangunan kayu tertua di dunia terbakar.” Pada tahun itu juga,  mulai Januari sampai Juli terhitung lebih dari 300 kecelakaan kereta dan disebut era teror kereta. Dan dengan tiba-tiba saat Jepang mangalami masa suram, perenang Jepang dengan julukan ikan terbang dari gunung Fuji, Hironosin, menjadi juara renang di Los angeles dan berhasil mengalahkan Amerika (Hal. 26). Dan masih kita banyak temukan lagi di halaman-halaman berikutnya.

Dengan apik Yoshihiro memulai cerita bergambar ini dengan kondisi sejarah negaranya. Di halaman awal kita akan disuguhi berbagai hal tentang cerita pasca perang, yang dituliskan, “Jam 12 siang, 15 agustus 1945, kaisar Hirohito mealui siaran rasio kekaisaran menyatakan perang telah usai. Rakyat Jepang akhirnya terbebas dari hari-hari yang menyengsarakan.” 

Kita teringat pada tanggal itu yang mengacu pada hari menuju kemerdekaan bangsa kita. Kita akan menebak dengan benar bahwa di tanggal itu kota besar di Jepang yaitu Nagasaki dan Hirosima di bom oleh sekutu dan akhirnya menyerah. Pasukan jepang yang waktu itu menjajah di negara kita secara bergiliran kembali ke negaranya.

Tiga tahun setelah perang usai, tanda-tanda kebangkitan di Jepang semakin terlihat di berbagai kota. Namun, warga masih tetap menderita kekurangan barang-barang kebutuhan harian dan makanan. Saat itulah, Hiroshi-tokoh utama dalam cerita ini-hadir dalam usia yang ke 13 tahun/kelas 1 SMP.

Diceritakan di awal, Hiroshi adalah anak yang suka mendatangi perpustakaan dan selalu berhubungan dengan buku dan gambar. Dalam cerita bergambar berjumah 212 halaman ini selalu saja terpampang gambar buku beserta raknya. Buku-buku tebal yang berisi tentang novel, cerita maupun crita bergambar lainnya.

Sang kakak yang bernama Okimasa mengidap penyakit radang selaput dada dan selalu berebut buku dengan adiknya, Hiroshi. Dengan kondisi tubuh yang tidak kuat itulah,   Okimasa menggambar dengan cerita pendek dalam posisi tidur. Karena sering bergaul dengan kakaknya itulah Hiroshi sangat terpengaruh untuk mengikuti jejak sang kakak, sebagai penulis cerita manga.

Dari ketekunannya, beberapa naskah yang dikirimkan ke majalah akhirnya dimuat. Ini yang membuat Hiroshi semangatnya bertambah. Dari kelas 1 SMP sampai memasuki SMA, Hiroshi selalu disibukkan dengan menulis cerita manga. Hingga pada saat liburan musim panas kelas 1 SMA, Hiroshi menyelesaikan karya panjang pertama berjudul, “Gembira berpetualangan”(96 halaman).

Dalam perjalanan kepenulisannya, Hiroshi mengalami perang antara pesimisme dan optimisme. Namun, rasa optimis akhirnya selalu menang dalam pertarungan tersebut. Hari demi hari, bulan demi bulan ia selalu bergulat dengan pena dan kertas. Menggambar dan menulis cerita sesuai dengan idenya. Karena ketekunannya itulah suatu hari ia mendapat surat dari penerbit untuk mengirimkan karyannya. Dan diawal musim dingin, Hiroshi berhasil merampungkan karya keduanya, “Petualangan pohon ajaib.” Yang diadaptasi dari cerita rakyat terkenal inggris, “Jack and the Bean-stalk(Jack dan pohon kacang)

Saat menulis karya keduanya itu, hadirlah teknologi baru berupa televisi. Diera televisi itu, Hiroshi mengalami kebimbangan, karena gambar manga yang digambar diatas kertas yang tidak bergerak mau tidak mau akan termakan oleh televisi. Namun dengan jiwa dan tekad yang kuat, akhirnya Hiroshi tidak menghiraukannya dan tetap fokus untuk menyelesaikan karya-karyanya.  Akhirnya, di akhir kelas 3, Hiroshi menyelesaikan karya terakhirnya, “Raksasa Rimba”.

Setelah sesaat mempersipkan diri untuk masuk ujian universitas, ia malah sering ke perpustakaan memboikot banyak buku dari sejumlah karya terbaik dunia dari berbagai massa. Buku-buku itu dilahapnya habis dan menjadi inspirasinya untuk duduk dan memegangi pena beserta kertasnya untuk melanjutkan karya-karyanya tanpa menghiraukan ujian masuk universitas. Hiroshi telah hanyut dalam ide dan imajinasi.

Ketekunan telah menjadikan Hiroshi menjadi sosok yang tangguh dalam penulisan manga. Walau hanya beberapa karya yang dihasilkan, namun ia selalu berusaha untuk menciptakan karya yang baru lagi. Crita yang sungguh bisa menghadirkan kekuatan batin dan jiwa untuk meniru dan meneladani tokoh utama. 

 Tidak heran jika penulis sekaligus penggambar novel ini, Yoshiro tatsumi, menjadi penulis cerita manga yang terkenal dan hampir semua karyanya di terjemahkan kedalam berbagai bahasa manca negara, seperti inggris, spanyol, prancis, italia, portugis, polandia, Cina dan Indonesia. Kita sebagai calon-calon penulis wajib membaca novel gravis ini untuk diambil isi dan kandungan maknanya, demi keberlanjutan ketekunan dan kelihaian tulisan kita. Semoga.

Oleh: bisri nuryadi




Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "Resensi Buku; Novel Grafis Hanyut 1"

Back To Top